Kalimat ini selalu berputar – putar di kepala saya. Saya menuliskannya karena saya belum mencapai hal tersebut. Bila diterjemahkan dengan contoh, maka orang yang telah Selesai dengan Diri Sendiri, ialah orang yang kebermanfaatan dirinya bagi orang sekeliling terasa dan berdampak. Dalam skala kecil, kehadiran orang tua kita merupakan contoh konkrit Selesai dengan Diri Sendiri. Orang tua kita rela mengorbankan jiwa raganya agar cita – cita anaknya terwujud. Orang tua kita rela makan seadanya demi anaknya mencapai pendidikan lebih tinggi darinya. Berangkat pagi, pulang malam untuk mendapatkan rejeki yang bermanfaat bagi anggota keluarga termasuk anak – anaknya. Saya juga terinspirasi cerita Pak Jamil Azzaini, bagaimana orang tuanya “menjamin”kan dirinya agar anaknya bisa bersekolah dengan terhormat. Saya lahir dan besar di "kota minyak", Balikpapan. Seperti anak kecil pada umumnya bercita-cita menjadi insinyur...rasanya b...
Setelah sekian lama tidak bersua dengan blog ini. Saya mulai lembaran baru dengan bahasan Coaching Tercetus seorang rekan yang bergumam, "Ngapain belajar coaching?" Saya salah seorang yang merasakan bahwa menjadi anak buah yang di-coaching dengan tepat, memberikan impact terhadap masa depan. Pak Har, demikian saya memanggil beliau, yang menjadi atasan ketika menjadi karyawan di sebuah IT Consulting. Beliau dengan kemampuannya meng-coaching saya, memberi masukan banyak hal, bukan saja aspek pekerjaan teknis namun juga non teknis, yang menjadi modal saya untuk berkembang. Coaching menjadi basic skill yang dibutuhkan seorang leader. Leader akan bertemu dengan situasi untuk memotivasi, meningkatkan improvement, menggali informasi subordinate. Coaching ini semakin bernilai untuk memulai sebagai Leader. Tentunya kita menjadi Leader saat ini (atau suatu saat), persiapkan diri kita sebelum masanya menjadi Leader sebenarnya sehingga langsung tune in.