Langsung ke konten utama

BALIKPAPAN...(Part II)



Lahir dan besar di Balikpapan merupakan kebanggaan tersendiri
Kutulis banyak hal semasa sekolah SD hingga SMA (hal yang sama dilakukan anak lain seusia)
Dari masuk TVRI (di jaman SD), bengal di SMP (maen bola tanpa ijin guru di jam sekolah)...
Sampai bertemu dengan teman2 luar biasa semasa SMA...

SD menduduki peringkat papan atas, sejak kelas 1 sampai kelas 6
Rasa haru orang tua karena hal itu, membuat aku bangga
Tapi hal itu tidak dapat kulanjutkan di SMP karena ketertarikan pada hobi...
Hobinya sih positif, bermain bola namun caraku memperlakukan hobi yang berlebihan
Menyebabkan aku larut dan kadang kelewat batas

Latihan rutin bola dengan teman sekomplek membuatku selalu gembira
Di sela - sela belajar, pasti disempatkan maen bola
Bersama teman sekomplek setiap hari libur (terutama Minggu) selalu maen bola
Ke Lapangan Merdeka, lokasi yang sangat asri terletak di pinggir pantai Balikpapan
Belum pernah menemui lokasi se LUAR BIASA di lapangan Merdeka
Lapangan tersebut dikelilingi Masjid Istiqomah, SD hingga SMP,
Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB), dan deretan komplek perumahan karyawan UP V

Kejadian lucu semasa maen bola, ikut tarkam dengan cara yang unik
Pemain diukur dari tinggi badan, jadi pemain yang tingginya lebih dari 160 cm akan di-dis


Cerita lucu lainnya kalo akan berkunjung ke RSPB, biasanya naik bis bandrong 
(Apa itu bis bandrong???)
Bis yang pertama kali kukenal ya bis bandrong, bis yang memiliki hidung
Entah bis tahun berapa itu, walaupun terkesan tua tapi handal
Melewati kawasan Balikpapan yang terkenal berbukit


Mungkin ada yang tahu, tentang foto di atas bukit yang memotret deretan kilang
Ya, itu view paling menarik di Balikpapan (menurutku...)
Biasanya aku maen ke lokasi itu dengan sodara yang tinggal di Prapatan

Menginjak SMA, masuk di sekolah tertua di Kalimantan Timur (berdiri tahun 65 (?))
Masih sebagai siswa biasa kulalui adem ayem (tata tentrem kerta raharja)
Hobi masih kugeluti dan satu lagi, masuk masa puber....(hihihihihi)
Sebelum lepas SMA, muncul keinginan sekolah ke Surabaya
Untuk itu, seperti lazimnya mulailah masuk Lembaga Bimbingan Belajar (LBB)

Langkah awal masuk kuliah...(lanjut di part III...yaaaaa)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FALLING VICTIM...AGAIN...AND AGAIN...??

Tragedi di dunia pendukung sepakbola terjadi kembali Yang terakhir tragedi meninggal suporter Bonek, Purwo Adi Utomo di Stadion Gelora 10 Nopember, Tambaksari.  Kekerasan berujung pada kematian... Sungguh menyeramkan kemarahan yang luar biasa berimbas pada hilangnya nyawa Terlalu naif korbankan nyawa untuk sebuah tontonan hiburan Suporter, aparat keamanan, dan pelaku sepakbola di lapangan seharusnya menyuguhkan sajian apik Suporter menjadi pendukung yang menguatkan semangat pemain idolanya Aparat keamanan menjaga kenyamanan selama dan hingga usainya pertandingan Dan terutama pemain di lapangan memberikan keindahan permainannya Sekali lagi ini pelajaran berharga yang harus diingat dan sangat tidak perlu diulang Tidak diulang kembali TITIK S1Nyal (SALAM SATU NYALI) untuk ...Menikmati pertandingan  ...Mendukung kesebelasan idola ...Menjaga kenyamanan  hingga usainya permainan. Semangat TETAP SPORTIF

VALUE ADDED SERVICES

Kepuasan pelanggan memang relatif Namun di era yang serba terukur seperti sekarang, pelanggan semakin cerdas Tidak ada perusahaan yang mengabaikan apalagi melupakan pelanggannya Bahkan hampir semua slogan, nilai perusahaan menempatkan pelanggan di teratas posisinya Semalam saya berobat untuk mengantarkan anak yang sedang radang Ternyata dokter yang biasa mengobati sedang ke luar kota (dokter "sebenarnya" laki-laki usia berkisar di atas 60 tahun...kita sebut aja dokter 1) (dokter pengganti, wanita usia 30-an tahun..kita sebut dokter 2) Awalnya ingin pulang namun mengingat sakitnya tidak bisa ditunda, berobatlah Sehari sebelumnya, saya pun berobat dengan sakit yang sama Saya masih menemui dokter 1 Mendaftar berobat, menunggu panggilan, tibalah giliran saya Dipanggil nomor urut saya, bertepatan dokter 1 masih memegang gagang pintu Kemudian masuk ruang periksa... :) Dengan senyumnya yang ramah mempersilakan masuk, sugesti merasa tenang Se...

SELESAI DENGAN DIRI SENDIRI

                 Kalimat ini selalu berputar – putar di kepala saya. Saya menuliskannya karena saya belum mencapai hal tersebut. Bila diterjemahkan dengan contoh, maka orang yang telah Selesai dengan Diri Sendiri, ialah orang yang kebermanfaatan dirinya bagi orang sekeliling terasa dan berdampak. Dalam skala kecil, kehadiran orang tua kita merupakan contoh konkrit Selesai dengan Diri Sendiri. Orang tua kita rela mengorbankan jiwa raganya agar cita – cita anaknya terwujud. Orang tua kita rela makan seadanya demi anaknya mencapai pendidikan lebih tinggi darinya. Berangkat pagi, pulang malam untuk mendapatkan rejeki yang bermanfaat bagi anggota keluarga termasuk anak – anaknya. Saya juga terinspirasi cerita Pak Jamil Azzaini, bagaimana orang tuanya “menjamin”kan dirinya agar anaknya bisa bersekolah dengan terhormat. Saya lahir dan besar di "kota minyak", Balikpapan. Seperti anak kecil pada umumnya bercita-cita menjadi insinyur...rasanya b...