Langsung ke konten utama

LANGKAWI TRIP...(Part I)




Jam 4.30 siap berangkat menuju LCC KL airport, tiba jam 5.30...airport serasa pasar malam, sangat ramai dan hiruk pikuk. Setelah shalat Subuh, kami (ber-12) bersarapan makanan kecil, sambil menunggu pesawat jam 7.30.
Tepat waktu, pesawat berangkat 7.30, 1 jam menuju Langkawi airport.
Dan 8.30 tiba di Langkawi, seperti biasa "narsis time" berlangsung, sekaliugus mencari transport untuk berkeliling dan bertemu dengan "persyarikatan Rojam"
Kami berangkat berkeliling dengan rencana dari 9 pagi hingga 9 malam.

Tujuan 1, makan pagi... o iya kami bertemu Pak Zulkifili (driver yang kocak dan helpful)..
Sarapan pagi di pasar dengan airport, menikmati masakan "kampong", cukup 1 RM dapat menikmati semacam "nasi kucing", ingin tambah lauk 2 jenis menjadi 3 RM..harga yang pantas
"mau order minum apa?" saya bawa airputih kemasan...teman yang lain pesen "milo kosong" alias milo sachet tanpa tambahan gula. Kami makan sambil bercanda hingga 1 jam.

Tujuan 2, lanjut menuju ke Langkawi Cable Car..2,5 jam menikmati pegunungan di Langkawi dengan Cable Car. Dengan 30 RM, menikmati suasana pegunungan dan melihat laut lepas di atasnya. Naik Cable Car-nya sebentar, yang lama seperti biasa "narsis time". Banyak rombongan anak sekolah pada saat yang bersamaan. Pemandangan yang indah ketika melihat Langkawi dari atas, dengan 2 kali persinggahan...Indonesia sebenarnya bisa membuat hal yang sama bahkan lebih indah dari Langkawi miliki. Demikian setidaknya pendapat Malaysian tentang Indonesia. Saya sependapat dengan mereka tentang hal itu.

Tujuan 3, Air Terjun Temurun. Teman-teman naik hingga lokasi mendekati puncak, saya hanya di "bagian tengah" lokasi air terjun yang jernih. Masih ditemui monyet liar, namun mereka tidak nakal. sekitar 45 menit kami habiskan waktu di sana.....(BERSAMBUNG)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FALLING VICTIM...AGAIN...AND AGAIN...??

Tragedi di dunia pendukung sepakbola terjadi kembali Yang terakhir tragedi meninggal suporter Bonek, Purwo Adi Utomo di Stadion Gelora 10 Nopember, Tambaksari.  Kekerasan berujung pada kematian... Sungguh menyeramkan kemarahan yang luar biasa berimbas pada hilangnya nyawa Terlalu naif korbankan nyawa untuk sebuah tontonan hiburan Suporter, aparat keamanan, dan pelaku sepakbola di lapangan seharusnya menyuguhkan sajian apik Suporter menjadi pendukung yang menguatkan semangat pemain idolanya Aparat keamanan menjaga kenyamanan selama dan hingga usainya pertandingan Dan terutama pemain di lapangan memberikan keindahan permainannya Sekali lagi ini pelajaran berharga yang harus diingat dan sangat tidak perlu diulang Tidak diulang kembali TITIK S1Nyal (SALAM SATU NYALI) untuk ...Menikmati pertandingan  ...Mendukung kesebelasan idola ...Menjaga kenyamanan  hingga usainya permainan. Semangat TETAP SPORTIF

VALUE ADDED SERVICES

Kepuasan pelanggan memang relatif Namun di era yang serba terukur seperti sekarang, pelanggan semakin cerdas Tidak ada perusahaan yang mengabaikan apalagi melupakan pelanggannya Bahkan hampir semua slogan, nilai perusahaan menempatkan pelanggan di teratas posisinya Semalam saya berobat untuk mengantarkan anak yang sedang radang Ternyata dokter yang biasa mengobati sedang ke luar kota (dokter "sebenarnya" laki-laki usia berkisar di atas 60 tahun...kita sebut aja dokter 1) (dokter pengganti, wanita usia 30-an tahun..kita sebut dokter 2) Awalnya ingin pulang namun mengingat sakitnya tidak bisa ditunda, berobatlah Sehari sebelumnya, saya pun berobat dengan sakit yang sama Saya masih menemui dokter 1 Mendaftar berobat, menunggu panggilan, tibalah giliran saya Dipanggil nomor urut saya, bertepatan dokter 1 masih memegang gagang pintu Kemudian masuk ruang periksa... :) Dengan senyumnya yang ramah mempersilakan masuk, sugesti merasa tenang Se...

SELESAI DENGAN DIRI SENDIRI

                 Kalimat ini selalu berputar – putar di kepala saya. Saya menuliskannya karena saya belum mencapai hal tersebut. Bila diterjemahkan dengan contoh, maka orang yang telah Selesai dengan Diri Sendiri, ialah orang yang kebermanfaatan dirinya bagi orang sekeliling terasa dan berdampak. Dalam skala kecil, kehadiran orang tua kita merupakan contoh konkrit Selesai dengan Diri Sendiri. Orang tua kita rela mengorbankan jiwa raganya agar cita – cita anaknya terwujud. Orang tua kita rela makan seadanya demi anaknya mencapai pendidikan lebih tinggi darinya. Berangkat pagi, pulang malam untuk mendapatkan rejeki yang bermanfaat bagi anggota keluarga termasuk anak – anaknya. Saya juga terinspirasi cerita Pak Jamil Azzaini, bagaimana orang tuanya “menjamin”kan dirinya agar anaknya bisa bersekolah dengan terhormat. Saya lahir dan besar di "kota minyak", Balikpapan. Seperti anak kecil pada umumnya bercita-cita menjadi insinyur...rasanya b...