Langsung ke konten utama

KL TRIP


Hari terakhir menikmati kota Kuala Lumpur.
Bangun jam 8.30, setelah tiba dari Langkawi jam 1.00...
Sarapan pagi di restoran India dengan nasi briani + ayam kari..mantapsss :)
Ternyata lama juga makan + ngobrol sampai jam 11 trus ke Bandar Tasik Monorail
Dari Bandar Tasik menuju ke Masjid Jame' dengan 1,2 RM lanjut ke KLCC dengan LRT 1,4 RM
Lama di KLCC dengan berpose latar belakang Menara Kembar Petronas
1001 gaya dikeluarkan untuk dapat pose yang menarik. Penataan taman yang rapi, bersih, dan indah membuat pengunjung bisa menikmati dengan senang. Akhirnya belanja di mall dan ISetan..

Setelah dari KLCC, kami menuju Central Market, mencari oleh2 khas Malaysia, banyak pernik yang mirip Indonesia : batik, pasmina selain oleh2 seperti "patung" Menara Kembar Petronas..saya lihat tidak berbeda jauh dengan oleh2 Indonesia bahkan lebih banyak Indonesia. Eh, di sana malah makan camilan di Es Teler 77 (hehehehehe) hingga jam 18 dihabiskan berkeliling di Central Market.

Lanjut ke Bukit Bintang yang katanya banyak barang menarik..hmmm bagi saya tidak murah2 amat.
Menikmati makan malam di lokasi tersebut dan berbelanja. Hingga pukul jam 22, pulang menggunakan LRT dan monorail. Penataan monorail dan LRT membuat akses ke lokasi belanja, jalan2, hingga airport rasanya mudah...seandainya Jakarta dan Surabaya serta kota besar lainnya memulai untuk mengatur sarana transportasi, mungkin tidak serumit seperti sekarang..ke manapun macet (membayangkan jarak tempuh Sudirman - Cilandak hanya 15 menit...woi..woi..nyadar2..ini Indonesia..masih banyak pejabat yang "doyan" korupsi). Sampai hotel pukul 23...waktunya istirahat untuk ke airport jam 4.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FALLING VICTIM...AGAIN...AND AGAIN...??

Tragedi di dunia pendukung sepakbola terjadi kembali Yang terakhir tragedi meninggal suporter Bonek, Purwo Adi Utomo di Stadion Gelora 10 Nopember, Tambaksari.  Kekerasan berujung pada kematian... Sungguh menyeramkan kemarahan yang luar biasa berimbas pada hilangnya nyawa Terlalu naif korbankan nyawa untuk sebuah tontonan hiburan Suporter, aparat keamanan, dan pelaku sepakbola di lapangan seharusnya menyuguhkan sajian apik Suporter menjadi pendukung yang menguatkan semangat pemain idolanya Aparat keamanan menjaga kenyamanan selama dan hingga usainya pertandingan Dan terutama pemain di lapangan memberikan keindahan permainannya Sekali lagi ini pelajaran berharga yang harus diingat dan sangat tidak perlu diulang Tidak diulang kembali TITIK S1Nyal (SALAM SATU NYALI) untuk ...Menikmati pertandingan  ...Mendukung kesebelasan idola ...Menjaga kenyamanan  hingga usainya permainan. Semangat TETAP SPORTIF

VALUE ADDED SERVICES

Kepuasan pelanggan memang relatif Namun di era yang serba terukur seperti sekarang, pelanggan semakin cerdas Tidak ada perusahaan yang mengabaikan apalagi melupakan pelanggannya Bahkan hampir semua slogan, nilai perusahaan menempatkan pelanggan di teratas posisinya Semalam saya berobat untuk mengantarkan anak yang sedang radang Ternyata dokter yang biasa mengobati sedang ke luar kota (dokter "sebenarnya" laki-laki usia berkisar di atas 60 tahun...kita sebut aja dokter 1) (dokter pengganti, wanita usia 30-an tahun..kita sebut dokter 2) Awalnya ingin pulang namun mengingat sakitnya tidak bisa ditunda, berobatlah Sehari sebelumnya, saya pun berobat dengan sakit yang sama Saya masih menemui dokter 1 Mendaftar berobat, menunggu panggilan, tibalah giliran saya Dipanggil nomor urut saya, bertepatan dokter 1 masih memegang gagang pintu Kemudian masuk ruang periksa... :) Dengan senyumnya yang ramah mempersilakan masuk, sugesti merasa tenang Se...

SELESAI DENGAN DIRI SENDIRI

                 Kalimat ini selalu berputar – putar di kepala saya. Saya menuliskannya karena saya belum mencapai hal tersebut. Bila diterjemahkan dengan contoh, maka orang yang telah Selesai dengan Diri Sendiri, ialah orang yang kebermanfaatan dirinya bagi orang sekeliling terasa dan berdampak. Dalam skala kecil, kehadiran orang tua kita merupakan contoh konkrit Selesai dengan Diri Sendiri. Orang tua kita rela mengorbankan jiwa raganya agar cita – cita anaknya terwujud. Orang tua kita rela makan seadanya demi anaknya mencapai pendidikan lebih tinggi darinya. Berangkat pagi, pulang malam untuk mendapatkan rejeki yang bermanfaat bagi anggota keluarga termasuk anak – anaknya. Saya juga terinspirasi cerita Pak Jamil Azzaini, bagaimana orang tuanya “menjamin”kan dirinya agar anaknya bisa bersekolah dengan terhormat. Saya lahir dan besar di "kota minyak", Balikpapan. Seperti anak kecil pada umumnya bercita-cita menjadi insinyur...rasanya b...